Saturday, April 18, 2009

Studi di Belanda: Dari Sebuah Perkampungan Global Merindukan Kampung Halaman



Jujur, orang Belanda adalah tipe-tipe yang paling menyenangkan buat dijadikan teman. Bukan cuma karena mereka orangnya bicara apa adanya, tapi juga sikap mereka yang umumnya sangat membumi dan nggak sombong. Dari banyak turis yang datang ke Indonesia, menurutku orang Belanda lah yang paling bisa membaur dengan budaya setempat dan juga orang-orangnya. Suatu hari kutanyakan "mengapa" ke salah satu temen Belandaku, Eelco namanya, yang sama orang-orang di sekitar Jalan Prawirotaman (salah satu kawasan wisata di Yogyakarta) dipanggil ”Moncrot” (jangan tanyakan mengapa).

”Karena orang Belanda suka bepergian. Itu sudah menjadi sifat bawaan kami,” begitulah jawaban si Moncrot.

”Kenapa harus bepergian?” Kejarku lagi.

”Karena negara Belanda itu kecil sekali. Sampai banyak orang Amerika pikir Belanda itu ibukota Belgia.”

”Ah, masak?”

”He-eh. Belum lagi orang di Belanda nggak banyak. Malah lebih banyak babi di sana ketimbang manusia,” ujar si Moncrot sambil memamerkan giginya yang putih mengkilat dan tampak serasi dengan kepala plontosnya yang mampu memantulkan cahaya lampu neon dengan sempurna.

”Hah?!”

Jadi, memang orang Belanda sejak dulu udah terkenal sebagai bangsa petualang. Meski demikian, beda dari kebanyakan turis lainnya, orang-orang Belanda sangat mau untuk membuka diri dan belajar banyak dari budaya daerah yang dikunjungi. Mereka ini tipe yang paling nggak rewel kalau bicara soal makanan dan bersemangat banget buat belajar bahasa setempat. Keterbukaan sifat bangsa Belanda bisa jadi dikarenakan budaya Belanda sendiri merupakan percampuran antara pengaruh Inggris, Perancis, dan Jerman.

Sebagai negara yang kecil, Belanda memposisikan dirinya sebagai suatu komunitas global. Untuk datang ke Belanda, kita nggak perlu harus belajar Bahasa Belanda dulu. Menurut hasil survey di www.nuffic.com, tak kurang dari 95% warga negara Belanda mampu berbicara bahasa Inggris. Jadi, bisa bicara bahasa Inggris pun sudah cukup, karena orang-orang Belanda nggak akan menolak jika ada orang asing bicara bahasa Inggris dengannya. Berbeda sekali dengan beberapa negara lain yang terkesan kurang ramah dengan orang yang nggak bisa berbicara bahasa setempat.

Ketika bertemu dengan orang Belanda pertama kali, mereka nggak akan canggung-cangung untuk bersalaman. Bahkan ketika sudah agak kenal, umum bagi mereka untuk cium pipi ketika bertemu. Orang Belanda punya karakteristik lovable, alias mudah untuk disukai. Mungkin ini yang membuat orang Belanda jadi mudah bergaul dan karenanya jadi lebih gampang menyerap hal-hal baru dibandingkan dengan orang Eropa lainnya.

Nggak pernah sekalipun aku ketemu orang Belanda di Indonesia yang ngaku bahwa ini pertama kalinya ia bepergian keluar dari negerinya. Minimal mereka sudah pernah singgah ke negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang, Korea, atau India. Data (www.voxeu.org) menunjukkan sekitar 123.000 orang Belanda tiap tahunnya pergi dan menetap di luar negeri (emigran). Bicara dengan mereka aku sepertinya bisa menggali banyak informasi tentang apa sih yang terjadi di dunia sana. Ini benar-benar asyik ketimbang browsing di internet, karena aku bisa mendapatkan informasi pandangan nyata dan juga pengalaman mereka sendiri selama di negara lain.

Aku jadi bisa membayangkan gimana asyiknya pergi ke Belanda, apalagi kalau bukan karena di sana itu nggak ubahnya pusat informasi yang sifatnya global. Sepertinya orang-orang di sana tahu apa yang tengah terjadi di seluruh dunia layaknya pusat intelejensi saja. Hebatnya lagi, keunikan negara Belanda bukan hanya sebatas orang-orangnya yang global minded, tapi juga ternyata banyak sekali etnis yang tinggal di sana. Bahkan kabarnya di Amsterdam tinggal lebih dari 170 etnis bangsa dari seluruh dunia. So, udah serasa seperti miniatur dunia, kan? Pergi di sana, kita serasa bukan sebagai turis tetapi sudah otomatis menjadi bagian dari masyarakat yang majemuk. Nggak akan ada lagi jarak, serasa jadi tamu di rumah sendiri.

Namun demikian, nggak lantas Belanda kehilangan jati dirinya. Di sana kita masih bisa nikmatin banyak hal yang jadi signature Belanda, yaitu: arsitektur bangunan yang khas dan baju tradisional –juga nggak ketinggalan topi dan klompen. Belum lagi makanannya. Kalau kita sempat jalan-jalan ke Bandung, salah satu buah tangan yang cukup terkenal di sana adalah klaapertart. Kue satu itu juga adalah asli peninggalan dari Belanda. Trus banyak juga menu masakan yang lain. Mencicipi masakan-masakan Belanda kita jadi serasa dibawa kembali ke masa-masa sejarah dulu; bagaimana peradaban Belanda ternyata turut mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia. Belanda memang bukan negara yang asing bagi umumnya orang Indonesia. Ada beberapa hal yang dibawa oleh Belanda dan telah menubuh dalam kehidupan orang Indonesia bahkan hingga saat ini. Mulai dari sistem peradilan di Indonesia, hingga ke hal-hal yang dasar banget seperti masakan.

Bicara tentang masakan, jadi teringat bagaimana dengan masakan Indonesia di Belanda. Kalau kita tinggal di negara lain, boleh dong kita sekali-kali kangen dengan masakan negara sendiri. Di Belanda, hal itu nggak masalah. Terdapat rumah makan Indonesia di hampir setiap kota besar di Belanda, seperti misalnya: rumah makan Srikandi atau Aneka Rasa di Amsterdam, atau juga the Raffles di DenHaag. So, jauh dari kampung halaman sendiri gak jadi masalah. Bahkan di rumah makan Indonesia kita bisa bertemu sesama orang Indonesia yang tinggal di kota tersebut, ngobrol sambil melepas kerinduan pada kampung halaman.

Negara Belanda terletak di titik pusat negara Eropa. Ingin bepergian ke negara lain pun nggak sulit. Pergi ke Paris, Berlin, Brussel, atau London misalnya hanya memerlukan waktu satu jam naik pesawat dari Amsterdam. Meskipun Belanda adalah negara kecil, namun pariwisata di sana tak kalah dari Paris atau London. Beberapa atraksi menarik digelar tiap tahunnya, seperti misalnya: The Fortis City-Pier-City Walk, yang merupakan semi-maraton internasional yang diselenggarakan di Hague. Event ini tiap tahunnya diikuti rata-rata 18.000 peserta dari seluruh penjuru dunia. Event ini setengahnya merupakan perlombaan, setengahnya lagi merupakan acara bersenang-senang. Dikatakan bersenang-senang karena di acara tersebut para partisipan akan melewati daerah pesisir pantai Scheveningen, yang terkenal itu. Nggak hanya sampai di situ, para peserta lomba ini juga diharapkan untuk memberikan donasi pada Right to Play, sebuah lembaga swadaya masyarakat (NGO) yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas olah raga dan rekreasi pada daerah-daerah yang kurang beruntung di seluruh dunia. Ide diadakan event ini memang menarik, yaitu: berolahraga, bersenang-senang, dan beramal. Beberapa event menarik yang lain seperti perayaan Queen’s Day yang berpusat di Damrak dan Leidsestraat Amasterdam adalah yang paling ditunggu-tunggu oleh turis mancanegara dan warga negara Belanda sendiri. Pada hari itu ada banyak sekali parade, kembang api, dan pasar murah di sepanjang jalan.

Tertarik belajar di Belanda? Pada tahun 2009/2010 universitas-universitas di Belanda akan menawarkan 1.391 program internasional. Belanda boleh berbangga hati karena tercatat sejak tahun 1950 Belanda merupakan negara-bukan-berbahasa-Inggris pertama yang menyelenggarakan program pendidikan berbahasa pengantar Inggris. Tradisi itu masih berjalan hingga sekarang. Setiap tahunnya ada sekitar 70.000 mahasiswa asing mengambil kuliah program internasional di Belanda, melalui jalur beasiswa seperti Erasmus Mundus, HSP Huygens Programme, Netherlands Fellowship Programme, atau The Royal Dutch (Shell). Jurusan yang paling sering diambil adalah ekonomi, mengingat Belanda sudah terkenal sejak jaman dulu dengan budaya perdagangan yang kuat dan bisnis internasional. Jurusan ekonomi di Belanda dirancang sedemikian rupa agar interaktif dan fokus pada kerja sama tim, sehingga memungkinkan bagi kita untuk bertemu dengan mahasiswa lain yang berasal dari negara berbeda, dan hal itu otomatis semakin memperkuat wawasan global kita.

So, tunggu apa lagi? Negara Belanda adalah tempat yang cocok buat kita-kita belajar karena selain tinggal di negara itu adalah tiket menuju komunitas global, kita sendiri juga akan menjumpai beberapa hal yang familiar bagi kita sehingga mampu mengobati kerinduan pada kampung halaman kita. Tinggal di Belanda layaknya tinggal di pekarangan rumah sendiri dalam suatu perkampungan global. Selangkah saja keluar dari pekarangan, kita akan menjumpai budaya, orang-orang, dan tradisi beracam-macam yang datang dari seluruh pelosok penjuru dunia. Kita akan merasakan bahwa perbedaan adalah sesuatu yang murni indah, dan bukanlah hal yang patut untuk dipermasalahkan. Di negara Belanda inilah kita bisa belajar dan memandang dunia dengan cara berbeda, sehingga setelah kita berkunjung ke sana, kita tidak akan pernah menjadi orang yang sama lagi.

2 comments:

  1. hi, galang! I really love your posting for kompetiblog. salah satu tulisan yang paling aku nikmati saat membacanya. I sincerely hope that you'll get a chance to win this competition! :) salam!

    ReplyDelete
  2. Terima kasih ya atas apresiasinya, Han. Tersanjung rasanya diapresiasi oleh seseorang yang kayaknya sudah lama berkecimpung di dunia blog, padaha saya aja terhitung newbie.... Good luck juga buat kompetiblognya!

    ReplyDelete