Wednesday, February 25, 2009

Nasib Dunia: Di Ujung Tanduk atau di Ujung Pena?

Penulis adalah segelintir orang yang bisa membuat perubahan pada dunia, paling tidak itu yang saya yakini hingga saat ini; dan menjadi sosok tersebut adalah cita-cita saya. Bagaimana tidak? Menghasilkan karya yang akhirnya akan dibaca orang lain sama halnya dengan menanamkan bibit pemikiran atau setidaknya renungan, yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan orang tersebut. Pertemuan dengan orang yang istimewa, seberapapun singkatnya, tidak akan membuat kehidupan kita sama lagi. Begitu halnya dengan membaca karya tulis yang istimewa. Dunia dan hidup seseorang, ibarat lingkaran yang selalu berputar. Hidup senantiasa berubah. Mengapa tidak membuat karya tulis sebagai motor penggeraknya?

Apakah semua karya tulis bisa mempengaruhi kehidupan seseorang? Tentu saja tidak semua. Hanya karya-karya tertentu lah yang bisa. Karya tersebut punya misi untuk mengubah. Karya seperti itu tidak semata-mata lahir dari kepiawaian seseorang dalam teknis penulisan atau bahkan lahir dari himpitan ekonomi, melainkan lahir dari keresahan pribadi seorang penulis. Seorang penulis harus menemukan permasalahan apa yang dihadapi oleh dunia sekaligus apa yang ada di dalamnya, lalu menuliskan pemikirannya mengenai “bagaimana sesuatu menurut saya dapat membantu menjawab permasalahan tersebut atau setidaknya meringankan penderitaan yang disebabkannya?”

Di sini saya menekankan kata “apa yang menurut saya....”, karena penulis bukanlah seseorang yang bisa menuliskan resep bagi penyakit dunia. Butuh kumpulan ilmuwan, jenius, dan pemikir besar untuk menjawab permasalahn global. Yang dilakukan oleh penulis terkadang hanyalah cukup menyentil pembaca, dengan pertanyaan terbuka dan tak terduga, sehingga menyebabkan pembaca yang sejatinya sehat tiba-tiba “merasa sakit”, dan atau sebaliknya orang yang sakit tiba-tiba merasa “sehat”. Inilah yang saya sebut dengan perubahan, yaitu: membawa seseorang ke ruang pemikiran dan imajinasi yang selama ini tidak pernah disinggahinya. Dari sentilan-sentilan kecil itu akan muncul sebuah gelombang yang besar yang akhirnya memiliki daya pengubah. Pertanyaannya adalah, mampukah kita? Percayalah, jika si dukun cilik Ponari bisa menyembuhkan dengan batu kali, Anda pasti bisa melakukannya dengan lebih baik menggunakan pena

No comments:

Post a Comment